Aku sangat sedih melihat anakku berdiri terhuyung-huyung seperti begitu.
Dia memulai langkah pertamanya.Seperti sesuatu yang
indah,aku merasa sukacita dan sedih secara bersamaan.Aku sangat bangga atas keberhasilannya.Namun,disisi lain,aku sangat sedih karena istriku tidak disini untuk melihat keberhasilannya.
Lilly terlihat seperti ibunya.
Aku melihatnya sedang berdiri,dia berusaha untuk menjaga keseimbangannya sebelum dia bergerak
ke arah lain.Aku harus bangun sebelum dia mencoba untuk berbalik melihatku.
Aku sangat berharap istriku berada disini.Dia pasti akan sangat bangga jika melihat putrinya sedang mencoba untukmelangkah untukpertama kalinya.Peristiwa kematian salah satu anggota keluarga benar-benar membuat seseorang stress,dan untuk melupakannya cukup sulit.
Aku menangis lebih keras sampai terisak-isak,dan dengan cepat aku menutup mulutku agar
anakku tidak mengalihkan perhatiannya padaku.Untung saja,konsentrasinya tidak terganggu,dia tetap melangkahkan kakinya
yang goyah dan tetap melangkah maju.Dia tertawa,bangga pada dirinya sendiri.Aku merasa senang,karena aku masih berada
di sisinya,walaupun ibunya sudah tak ada.
“Lilly,ayah akan menangkapmu!”,ucapku padanya,dan dia tersenyum lebar.Aku sungguh tidak yakin bagaimana keterampilan bahasanya berkembang,tapi aku pikir dia sudah mengerti apa
yang aku ucapkan.
Dia mulai meloncat-loncat ke kiri sedikit,dan aku menangkap tubuhnya dengan tanganku,lalu dia terjatuh.Aku tidak mampu untuk menahannya.Lalu dia berteriak keras karena tidaksenang.
“Ayah..!!”,dia menangis.Aku langsung menggendongnya.
Istriku lalu datang seperti bidadari yang jatuh dari langit.
“Aku tahu,sayang.”,ucapnya lembut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar